Makalah Beografi Imam Al-Asy’ari dan Al-Maturidi

Loading

           

Al-Asy’ari berubah pendirian dari kedudukannya sebagai pembela Mut’tazilah menjadi pembela faham salaf di kalangan para ulama terjadi perselisihan dan merupakan perdebatan yang terus berkembang. Abū al-Ḥasan al-Asyʿarī (الأشعري; nama lengkap: Abū al-Ḥasan ʿAlī ibn Ismāʿīl ibn Isḥāq al-Ashʿarī; c. 874–936 M/260–324 H) sering disebut sebagai Imam al-Asyʿari atau Imam Asy’ari oleh Muslim Sunni, adalah seorang sarjana Muslim Arab dari yurisprudensi Syafi’i, penafsir kitab suci, pembaharu (mujaddid), dan teolog skolastik (mutakallim), yang terkenal sebagai pendiri dari teologi Islam Sunni Asy’ariyah. Al-Asyʿari terkenal karena mengambil posisi di antara dua madzhab teologi yang sudah ada, yakni Atsariyah dan Mu’tazilah. Dia membangun jalan tengah di antara paham tradisionalis Atsariyah yang menolak rasionalitas dan paham progresif Mu’tazilah yang mengedepankan rasionalitas.[6] Pada satu sisi paham tradisionalis menekankan arti literal dari naskh al-Qur’an dan Hadis serta menolak ilmu kalam (teologi dialektis), di sisi lain paham progresif yang melulu mengandalkan rasionalitas dalam perkara teologis dan menganggap al-Quran sebagai makhluk.
Imam Abu Mansur Al-Maturidi, atau lengkapnya Abu Mansur Muhammad bin Muhammad bin Mahmud Al-Maturidi As-Samarqandi Al-Hanafi (bahasa Arab: أبو منصور محمد بن محمد بن محمود الماتريدي السمرقندي الحنفي) (wafat 333 H / 944 M) adalah imam aliran ahliaqidah Maturidiyyah serta seorang ahli ilmu kalam. Abu Manshur al-Maturidi, Tokoh kita satu ini selalu disandingkan dengan Abu al-Hasan al-Asy’ari sebagai dua tokoh besar manhaj Ahlu Sunnah wal Jama’ah. Memang benar, rekam jejak kehidupannya tak banyak diulas oleh para sejarawan terkenal seperti Ibnu Katsir, Ibnu Khalkan, Ibnu Nadim, dan Ibnu Atsir dalam catatan-catatan sejarah mereka. Akan tetapi, seluruh kehebatan murid-muridnya

Download Word

Author: Zukét

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *