Penelitian tindakan kelas merupakan salah satu jenis kegiatan penelitian tindakan yang dilakukan oleh guru, dosen ataupun praktisi pendidikan dalam proses pendidikan. Hal ini dilakukan untuk sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan efesiensi dan kualitas pendidikan terutama dalam hal proses dan hasil belajar siswa. PTK merupakan kegiatan penelitian yang dilakukan secara individual maupun kolaboratif. Maka untuk melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), terlebih dahulu dikemukakan model-model atau desain-desain penelitian tindakan yang selama ini digunakan. Hal ini dimaksudkan agar wawasan kita menjadi lebih luas dan dengan mengetahui berbagai design model penelitian tindakan kelas, design yang dikebangkanakan menjadi lebih jelas dan terarah. PTK sendiri memiliki beberapa karakteristik yang kami akses dari situs pak guru online sebagai berikut:
1. Bersifat siklus, artinya PTK terlihat siklus-siklus (perencanaan, pemberian tindakan, pengamatan dan refleksi), sebagai prosedur baku penelitian.
2. Bersifat longitudinal, artinya PTK harus berlangsung dalam jangka waktu tertentu (misalnya 2-3 bulan) secara kontinyu untuk memperoleh data yang diperlukan, bukan “sekali tembak” selesai pelaksanaannya.
3. Bersifat partikular-spesifik jadi tidak bermaksud melakukan generalisasi dalam rangka mendapatkan dalil-dalil. Hasilnyapun tidak untuk digenaralisasi meskipun mungkin diterapkan oleh orang lain dan di tempat lain yang konteksnya mirip.
4. Bersifat partisipatoris, dalam arti guru sebagai peneliti sekali gus pelaku perubahan dan sasaran yang perlu diubah. Ini berarti guru berperan ganda, yakni sebagai orang yang meneliti sekaligus yang diteliti pula.
5. Bersifat emik (bukan etik), artinya PTK memandang pembelajaran menurut sudut pandang orang dalam yang tidak berjarak dengan yang diteliti; bukan menurut sudut pandang orang luar yang berjarak dengan hal yang diteliti.
6. Bersifat kaloboratif atau kooperatif, artinya dalam pelaksanaan PTK selalu terjadi kerja sama atau kerja bersama antara peneliti (guru) dan pihak lain demi keabsahan dan tercapainya tujuan penelitian.
7. Bersifat kasuistik, artinya PTK menggarap kasus-kasus spesifik atau tertentu dalam pembelajaran yang sifatnya nyata dan terjangkau oleh guru; menggarap masalah-masalah besar.
8. Menggunakan konteks alamiah kelas, artinya kelas sebagai ajang
9. pelaksanaan PTK tidak perlu dimanipulasi dan atau direkayasa demi kebutuhan, kepentingan dan tercapainya tujuan penelitian.
10. Mengutamakan adanya kecukupan data yang diperlukan untuk mencapai tujuan penelitian, bukan kerepresentasifan (keterwakilan jumlah) sampel secara kuantitatif. Sebab itu, PTK hanya menuntut penggunaan statistik yang sederhana, bukan yang rumit.
11. 10.Bermaksud mengubah kenyataan, dan situasi pembelajaran menjadi lebih baik dan memenuhi harapan, bukan bermaksud membangun teori dan menguji hipotesis.
Langkah awal dalam pelaksanaan PTK mengidentifikasi dan merumuskan masalah. Permasalahan yang dapat diangkat PTK itu meliputi: 1. Metode mengajar. 2. Strategi belajar. 3. Prosedur evaluasi. 4. Penanaman atau perubahan sikap dan nilai. 5. Pengembangan profesional guru. 6. Pengelolaan dan kontrol. 7. Administrasi. Langkah berikutnya ialah mengembangkan model desain PTK. Ada beberapa model atau desain yang dapat diterapkan. Desain-desain tersebut diantaranya : 1). Model Kurt Lewin, 2). Model Kemmis Mc Taggart, 3). Model John Elliot, 4). Model Dave Ebbutt.