Perkembangan tasawuf dalam Islam telah mengalami beberapa fase, yang pada fase awal lebih dikenal sebagai sikap asketisisme dan tumbuh pada masa abad pertama dan kedua Hijriyah. Fase ini ditandai dengan adanya person-person atau perorangan di kalangan muslim yang lebih memusatkan perhatiannya pada ibadah. Mereka ini menjalankan konsepsi asketis dalam kehidupan, yaitu tidak begitu mementingkan makanan, pakaian, maupun tempat tinggal. Mereka lebih banyak beramal untuk hal-hal yang berkaitan dengan dengan kehidupan akherat. Di antaranya adalah Hasan al-Bashri (w. 110H) dan Rabi’ah al-Adawiyah (w. 185H).
Sejak abad ketiga Hijriyah para sufi mulai menaruh perhatiannya pada hal-hal yang berkaitan dengan jiwa dan tingkah laku manusia. Doktrin dan tingkah laku sufi mulai berkembang yang ditandai dengan ajaran akhlak atau moral yang karakteristik. Pembahasan-pembahasan mereka tentang akhlak akhirnya berkembang dan meluas kepada pengetahuan intuitif, berikut sarana dan metodanya.
Pengetahuan sufi atau yang lebih dikenal dengan faham sufi ini mempunyai terminologi tersendiri yang hanya dikenal oleh para sufi itu sendiri. Salah satu tokoh sufi abad ketiga Hijriyah adalah Junaid al-Baghdadi (w.297/910M).
Tulisan ini akan membahas Junaid al-Baghdadi dan pemikirannya tentang tasawuf. Kajian ini dimulai dengan pemaparan tentang riwayat hidupnya, kemudian mengemukakan pokok-pokok pemikirannya tentang tasawuf. Pada bagian akhir akan dikemukakan kata penutup berupa beberapa kesimpulan makalah ini.