Kata “baik” dan “buruk” mengandung pengertian Value (nilai). Artinya, kedua kata tersebut berfungsi sebagai keterangan Kualitas, karena merupakan kata sifat yang bertugas menjelaskan atau menilai sesuatu.
Secara harfiah, kata “baik” berati bagus, memuaskan, dan salut. Sebaliknya, kata “buruk” , berarti jelek dan tidak memuaskan. Kata “baik” juga dapat disinonimkan dengan kata “khayr”, “hasan” dan juga “jayyid” dalam bahasa Arab; dengan kata “good” dan “ fine” dalam bahasa Inggris. Sebagai mana terdapat dalam berbagai kamus. Kata “baik” dan “buruk” memiliki banyak pengertian. Dalam al Munjid: 198, baik adalah sesuatu yang mencapai kesempurnaan, sesuatu yang bernilai sebagai mana yang di harapkan, sehingga memuaskan . sedangkan “buruk” adalah sesuatu yang dibawah standar yang diharapkan, tidak disukai, jelek, dan tidak mnyenangkan perasaan. Dalam New Twentieth Century Dictionary of English language: 138, buruk yaitu sesuatu yang keji, jahat, dan tidak menyenangkan, dan tidak disukai oleh perasaan yang sehat. Sedangkan dalam The Advenced Learner’s Dictionary Of Current English: 63, buruk yaitu sesuatau yang bertentangan dengan norma yang berlaku atau sesuatu yang jelek atau tercela.
Definisi-definisi leksikal tentang baik dan buruk di atas tampaknya beragam makna yang dapat di maksudkan, namun dapat diambil pengertian pokoknya, bahwa baik adalah sesuatu yang berkualitas, bermutu, dan bernilai sesuai denan harapan, memuaskan, dan menyenangkan. Sedangkan buruk adalah sesuatu yang jelek, tidak memenuhi standart dan harapan, sehingga tidak dapa memuaskan, atau sehinnga membuat persaan menjadi kecewa dan sedih.
Jika berbagai definisi di atas di cermati secara serius, maka memeberi kesan, bahwa pemahaman kata baik dan buruk tersebur sangat subyektif, karena diukur dengan, misalnya, perasaan individu, tujuanna yang individu dan penilaian individu. Demikian juga menurut analisis etika, karena yang jadi parametrnya adalah tujuan yang dicita-citakan individu. Padahal, antar individu di dunia ini (berdasarkan ragam budaya, suku, orientasi, dan juga agama) jelas tidak dapat di samakan dan disatukan. Oleh sebab itu, konsep baik dan burukpun menjadi relatif. Misalnya, baik menurut umat islam, dalam kasus menyembelih binatang qurban sapi, adalah jelas-jelas dinilai buruk dan jahat oleh orang Hindhu. Demikian juga, orang Hindhu yang membakar yang membakar mayat dalam rangka pencapaian kebaikan si mayit untuk bersatu dengan Dewa Api Suci mereka sangat buruk dan bahkan sebuah kejahatan menuerut pandangan orang Islam. Oleh sebab itu, sangat perlu di cari tentang pedoaman, acuan, ukuran, atau parameter yang menilai baik dan buruknya sesuatu perbuatan atau tingkah laku tersebut. Dalam makalah ini akan dijelaskan tentang berbagai pandangan tentang baik dan buruknya suatu tindakan menurut aliran diluar Islam.